Tuesday, October 13, 2015

Rusmini : Bidan Desa dan Kain Perca



 
Rusmini (berhijab) memberi penyuluha kesehatan dengan cara lain


“Disaat mereka berkumpul menyelesaikan hasil karyanya itulah, terkadang Rusmini menyampaikan penyuluhan tentang kesehatan”



Pati.Menjadi seorang bidan yang dinas di desa, harus pandai-pandai mengambil hati masyarakat untuk memperoleh kepercayaan. Tidak hanya itu, untuk menjadi sahabat para warga, harus memanfaatkan berbagai keahlian yang melibatkan masyarakat. Maklumlah, warga pedesaan pada umumnya hanya sebagai ibu rumah tangga dan bertani. Sehingga jika memberi kegiatan, paling tidak harus saling menguntungkan.
Adalah Rusmini, seorang bidan desa  yang berdinas di desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati, Jawa tengah. Perempuan berkerudung ini mempunya cara tersendiri untuk mendekatkan diri kepada masyarakat. Para ibu di wilayah binaannya banyak yang menganggur lepas musim tanam. “Saya melihat kesempatan yang sangat bagus, untuk membina ibu-ibu ini tanpa membebani mereka,” tutur Rusmini.
Pilihan Rusmini jatuh pada pemanfaatan limbah kain perca. Banyak sisa kain yang terbuang percuma. Padahal jika dimanfaatkan, mampu menghasilkan rupiah yang tidak sedikit. Semangat, kejelian dan inovasi dalam mengolah limbah perca menjadi sesuatu yang berguna, sepertinya menggugah minat seorang bidan desa ini.
          Rusmini berfikiran, dengan memberi kegiatan yag bermanfaat, apalagi menguntungkan dia yakin akan semakin mudah menyampaikan program pemerintah tentang kesehatan kepada masyarakat. Selain itu, juga menjaga lingkungan dengan mendaur ulang limbah. “Tidak mungkin para ibu ini mau melakukan sesuatu yang menyita waktunya dengan kegiatan yang menghasilkan,” imbuhnya. Dengan penuh keyakinan, Rusmini mengawali niatannya itu beberapa bulan lalu. Awal mulanya dia hanya mengajak beberapa orang untuk diajari membuat keset dari limbah kain perca. Langkah awal memang hanya enam orang. Itu pun dilakukan disela-sela kesibukan mereka mengurus rumah tangga.
          Meski belum terlalu sempurna, hasil pekerjaan itu Rusmini tawarkan ke beberapa kenalannya. Hasilnya sungguh diluar dugaan, keset itu laku dijual. Mendapati hal seperti itu, semangat para ibu ini semakin tumbuh besar. Seiring dengan itu, pesanan sedikit demi sedikit mulai berdatangan. Akhirnya Rusmini pun melibatkan lebih banyak lagi kaum ibu disekitar desa binaannya, untuk dilatih cara pembuatan keset.
          Memanfaatkan teras rumahnya, saat ini sudah ada sekitar tiga puluh perempuan yang ikut dalam kegiatan pembuatan keset kain perca tersebut. Membuat keset mereka lakukan diwaktu senggang, setelah semua urusan rumah tangga selesai. Bahkan pekerjaan tersebut tidak jarang dilakoni sekaligus dengan mengasuh para anak mereka. Pekerjaan ini memang membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Seperti yang dikatakan oleh Semi, salah seorang ibu yang ikut membuat keset, bagian yang paling sulit adalah pada tahap kerapian dan kepandaian membuat motif. “Kalau  motif dan warnanya tidak sesuai, hasilnya ya nggak enak dilihat. Pokoknya kuncinya hanya satu, yaitu sabar,” kata Semi dengan bahasa jawa logat Pati yang sangat kental.
Teras Rumah Rusmini menjadi tempat produksi

          Disaat mereka berkumpul menyelesaikan hasil karyanya itulah, terkadang Rusmini menyampaikan penyuluhan tentang kesehatan kepada para ibu tersebut. Tidak jarang ditengah pekerjaannya diselingi beberapa pertanyaan yang menyangkut materi penyuluhan yang disampaikan. Suasana santai dan akrab benar-benar terasa. Bagi Rusmini, mengakrabkan dan menjadikan situasi cair menjadi penentu keberhasilan setiap usahanya. Para ibu ini kelihatan sagat bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan karyanya. Diselingi senda gurau, mereka menata helai demi helai kain perca yang beraneka warna, mengikuti pola yang sudah ditentukan. Mereka seolah-olah sudah ahli dalam pekerjaannya itu. Tidak jarang, di tengah kesibukannya, anak yang mereka bawa menangis. Pekerjaan pun dihentikan untuk menenangkan sikecil terlebih dahulu. Terkadang, ada juga diantara mereka yang membawa pulang bahan-bahannya untuk dikerjakan di rumah. “Inikan pekerjaan sambilan yang menghasilkan. Jadi ya tidak apa-apa kalau mau dikerjakan di rumah,” kata Rusmini. Baginya yang paling penting adalah penyuluhan kepada ibu-ibu warga desa binaannya bisa mencapai sasaran dan dimengerti.
          Rusmini membina perempuan di desa Sukolilo, kecamatan Sukolilo sebagai bidan desa dengan kegiatan membuat keset ini, sudah berjalan kurang lebih satu tahun. Rentang waktu yang belum bisa dikatakan lama ini, telah membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Bagi sebagian kalangan, membina warga Sukolilo dianggap hal yang lumayan sulit. Namun bagi Rusmini, hal itu menjadi pemacu semangat tersendiri. Hal itu bisa dia buktikan dengan memberi kegiatan yang menghasilkan, dan sekaligus sebagai sarana penyuluhan.
          Untuk mendapatkan limbah kain perca, menurut Rusmini tidaklah sulit. Dia mendapatkan bahan-bahan sisa dari perusahaan konfeksi di Kudus. Sedangkan karung goni yang dijadikan media adalah bahan bekas juga. “Usaha ini nyaris tidak membutuhkan modal besar untuk bahan bakunya,” imbuhnya. Biasanya setiap pengrajin menghadapi kendala pada pemasaran, namun untuk keset dari limbah kain perca ini hampir tidak ada kendala. Hingga saat ini para pembeli mengambil sendiri ke desa mereka. Selain itu pesanan pun bisa dipastikan selalu ada.
Sepertinya Rusmini tidak hanya memberikan harapan semu bagi ibu-ibu warga binaannya. Untuk membesarkan usaha ibu-ibu desa Sukolilo itu, kini mereka membentuk Kelompok Usaha Bersama. “Dengan kelompok ini kami berharap usaha para ibu ini bisa lebih berkembang,” tutur Rusmini.
Mengisi waktu luang, para ibu diberi kegiatan yang menghasilkan
           Hingga saat ini, pemasaran keset dari limbah kain perca tersebut sudah sampai ke Semarang, Jawa timur bahkan Jawa barat. Harga untuk satu buah keset besar ukuran 40 x 60 centimeter cukup murah, yaitu Rp. 45 ribu rupiah, sedangkan yang berukuran kecil hanya dihargai Rp. 35 ribu.
          Rusmini adalah contoh bidan desa yang tidak mau menyerah pada keadaan. Dengan segala kekurangan dan kelebihan daerah binaannya, dia mampu merobah pola fikir dan pola hidup masyarakat desa Sukolilo melalui kaum perempuan. (nug)

No comments:

Post a Comment