“Berangkat dari kebosanan terhadap gerakan senam yang monoton, serta goyang Cesar yang sedang trend pada saat itu, akhirnya terciptalah gerakan senam ala Bunda Monika.”
Bunda Monik di tengah anak didiknya |
Pati.Mengabdikan
diri sebagai pendidik jika tidak berangkat dari nurani, tentunya sangat
memberatkan. Apalagi jika yang dihadapi adalah anak-anak usia pra sekolah. Bisa
dibayangkan, betapa berat dan benar-benar membutuhkan kesabaran yang sangat
tinggi. Tidak sembarang orang memiliki kesabaran ekstra dalam mendidik
anak-anak usia dini. Akan tetapi lain cerita bagi perempuan yang satu ini,
Monika Mardiana. Perempuan berkaca mata yang berwajah cantik dan ramah ini
terlihat sangat menikmati profesinya sebagai pendidik. Setiap hari dia harus
menghadapi anak-anak usia dini di sekolahan.
Bagi
Bunda Monik, demikian sapaan akrabnya, bertemu dan bertatap muka dengan
anak-anak didiknya yang selalu ceria dan lucu membuatnya sangat senang.
“Anak-anak tidak memiliki rasa susah. Mereka selalu bergembira. Itu yang
membuat saya senang berada di antara mereka,” ujarnya ramah. Perempuan berparas
ayu ini terlihat total dalam mendidik para siswanya. Segala kemampuan dan daya
kreatif yang dia miliki, tertumpah bagi kemajuan anak didiknya. Hal itu
dibuktikan dengan kelihaiannya dalam menciptakan sebuah gerak dan lirik lagu
pada 2015, berjudul Senam Sehat Anak Ceria atau Gerak SeSAR. Dari hasil olah
ciptanya itulah yang akhirnya membawa Bunda Monik menjadi juara satu pemilihan
guru berprestasi tingkat Kapubaten Pati. “Gerakan dan liryknya sangat sederhana dan
disukai anak-anak,” imbuhnya. Sebelumnya, pada 2007, ibu dua orang anak ini
pernah meraih juara pertama lomba Cipta Gerak dan Lagu Usia Dini tingkat
Provinsi Jawa tengah.
Bunda Monik dan sejumlah penghargaan yang diperoleh |
Pendidik
di Taman Kanak-Kanak Kanisius Pati ini memang sarat prestasi, mulai dari
tingkat kecamatan hingga provinsi. Tercatat pada 2009 secara berturut-turut dia
berhasil meraih gelar juara pertama sebagai guru berprestasi dari tingkat
kecamatan hingga provinsi Jawa tengah. Namun sayangnya dia tidak bisa mewakili
untuk melaju ke tingkat nasional. “Seharusnya saya mewakili provinsi ke tingkat
nasional, namun terhalang persyaratan ijazah S1, akhirnya tidak bisa ikut,”
tuturnya.
Bunda Monik terpaksa
menghentikan langkahnya untuk maju mengadu prestasi di tingkat nasional, karena
terkendala persyaratan yang harus memiliki ijazah Strata 1. Padahal pada saat
itu dia belum selesai menempuh pendidikan S1, namun perempuan yang ramah ini
tidak berkecil hati meski tidak diperbolehkan mengikuti ajang lomba guru
berprestasi selama 5 tahun. “Lima tahun saya tidak diperbolehkan ikut lomba
guru berprestasi, karena sudah mendapat juara pertama di tingkat provinsi.
Katanya sih aturannya begitu,” terang
Bunda Monik.
Memenangi
dalam gelaran lomba adu prestasi guru bagi Bunda Monik bukanlah tujuan utama,
karena menjadi pendidik adalah panggilan hidup. Monika lebih mengutamakan
perannya sebagai pendidik. “Membimbing dan mendampingi anak didik adalah
sesuatu hal yang sangat saya syukuri. Itu panggilan hidup saya,” ujar Monika
penuh keseriusan. Apalagi, imbuhnya, anak didiknya masih dalam tahapan usia
penting untuk perkembangan dan pertumbuhan yang nantinya menjadi dasar untuk
menuju ke tingkatan sekolah selanjutnya. “Pada usia TK, peran guru dan orang
tua sangat penting bagi pertumbuhan anak,” terang Monika. Tidak heran jika
Monika terlihat dekat dengan para anak didiknya. Tanpa perlakuan yang berbeda,
Monika sering terlihat bercengkerama dengan para siswa Kelompok B TK Kanisius
yang dia ampu. Sosok seorang ibu, pendidik dan sahabat benar-benar dia perankan
di sekolah. “Sebuah kebahagiaan yang tak terperi jika saya melihat anak didik
saya gembira dan mampu berkreatifitas sesuai dunianya,” imbuhnya.
Lebih
mengedepankan kebutuhan anak didiknya, tak heran Monika selalu mengeksplorasi
kreatifitasnya untuk kemajuan mereka. Salah satu hasil olah kreatifnya adalah
gerakan senam yang berbeda dari biasanya. Gerakan senam tersebut bertujuan
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Hasil kreatifitas dan inovasi yang
diberi judul Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Gerak tersebut
tidak muncul begitu saja. Melalui penelitian panjang dan kajian ilmiah, Monika
akhirnya menciptakan gerakan senam yang diberi judul Sehat Senam Anak Ceria
(SeSAR). Berangkat dari kebosanan terhadap gerakan senam yang monoton, serta
goyang Cesar yang sedang trend pada saat itu, akhirnya terciptalah gerakan
senam ala Bunda Monika. “Gerkan senam ini memang memadukan goyang Cesar dan
yel-yel asik asik yes, sehingga siswa
lebih ceria dan bersemangat,” terangnya. Dengan gerakan dan irama senam yang
serba baru tersebut membuat anak-anak tidak bosan saat senam. Hasilnya, imbuh
Monika, kemampuan fisik motorik anak meningkat, anak pun bersemangat ikut senam
di sekolah.
Tidak heran jika hasil
penelitian yang akhirnya diaktualisasikan dalam gerakan senam tersebut, mampu
mengantarkan Monika meraih predikat sebagai guru berprestasi Kabupaten Pati
2014/2015. Bahkan dengan prestasinya tersebut, setelah terhenti selama 5 tahun
tidak diperbolehkan mengikuti kompetisi serupa, akhirnya pada 2015 ini dia
kembali mengadu kebolehannya di tingkat provinsi.
Menjadi
juara lebih kepada memotivasi siswa untuk berprestasi. Pasalnya, mengajar yang
baik bukan hanya dengan cara menasehati. “Namun juga dengan cara menunjukkan
bagaimana kita berprestasi, dan berkelakuan baik kepada para siswa sehingga mereka
termotivasi,” ujar Bunda Monika memungkasi perbincangan. (nug)
No comments:
Post a Comment