Tuesday, October 13, 2015

Bunda Monik : Abdikan Diri Pada Anak Usia Dini, Ciptakan Senam Untuk Motorik Anak



“Berangkat dari kebosanan terhadap gerakan senam yang monoton, serta goyang Cesar yang sedang trend pada saat itu, akhirnya terciptalah gerakan senam ala Bunda Monika.”

                                                    
Bunda Monik di tengah anak didiknya
                                             
Pati.Mengabdikan diri sebagai pendidik jika tidak berangkat dari nurani, tentunya sangat memberatkan. Apalagi jika yang dihadapi adalah anak-anak usia pra sekolah. Bisa dibayangkan, betapa berat dan benar-benar membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi. Tidak sembarang orang memiliki kesabaran ekstra dalam mendidik anak-anak usia dini. Akan tetapi lain cerita bagi perempuan yang satu ini, Monika Mardiana. Perempuan berkaca mata yang berwajah cantik dan ramah ini terlihat sangat menikmati profesinya sebagai pendidik. Setiap hari dia harus menghadapi anak-anak usia dini di sekolahan.
Bagi Bunda Monik, demikian sapaan akrabnya, bertemu dan bertatap muka dengan anak-anak didiknya yang selalu ceria dan lucu membuatnya sangat senang. “Anak-anak tidak memiliki rasa susah. Mereka selalu bergembira. Itu yang membuat saya senang berada di antara mereka,” ujarnya ramah. Perempuan berparas ayu ini terlihat total dalam mendidik para siswanya. Segala kemampuan dan daya kreatif yang dia miliki, tertumpah bagi kemajuan anak didiknya. Hal itu dibuktikan dengan kelihaiannya dalam menciptakan sebuah gerak dan lirik lagu pada 2015, berjudul Senam Sehat Anak Ceria atau Gerak SeSAR. Dari hasil olah ciptanya itulah yang akhirnya membawa Bunda Monik menjadi juara satu pemilihan guru berprestasi tingkat Kapubaten Pati.  “Gerakan dan liryknya sangat sederhana dan disukai anak-anak,” imbuhnya. Sebelumnya, pada 2007, ibu dua orang anak ini pernah meraih juara pertama lomba Cipta Gerak dan Lagu Usia Dini tingkat Provinsi Jawa tengah.
Bunda Monik dan sejumlah penghargaan yang diperoleh
Pendidik di Taman Kanak-Kanak Kanisius Pati ini memang sarat prestasi, mulai dari tingkat kecamatan hingga provinsi. Tercatat pada 2009 secara berturut-turut dia berhasil meraih gelar juara pertama sebagai guru berprestasi dari tingkat kecamatan hingga provinsi Jawa tengah. Namun sayangnya dia tidak bisa mewakili untuk melaju ke tingkat nasional. “Seharusnya saya mewakili provinsi ke tingkat nasional, namun terhalang persyaratan ijazah S1, akhirnya tidak bisa ikut,” tuturnya.
Bunda Monik terpaksa menghentikan langkahnya untuk maju mengadu prestasi di tingkat nasional, karena terkendala persyaratan yang harus memiliki ijazah Strata 1. Padahal pada saat itu dia belum selesai menempuh pendidikan S1, namun perempuan yang ramah ini tidak berkecil hati meski tidak diperbolehkan mengikuti ajang lomba guru berprestasi selama 5 tahun. “Lima tahun saya tidak diperbolehkan ikut lomba guru berprestasi, karena sudah mendapat juara pertama di tingkat provinsi. Katanya sih aturannya begitu,” terang Bunda Monik.
Memenangi dalam gelaran lomba adu prestasi guru bagi Bunda Monik bukanlah tujuan utama, karena menjadi pendidik adalah panggilan hidup. Monika lebih mengutamakan perannya sebagai pendidik. “Membimbing dan mendampingi anak didik adalah sesuatu hal yang sangat saya syukuri. Itu panggilan hidup saya,” ujar Monika penuh keseriusan. Apalagi, imbuhnya, anak didiknya masih dalam tahapan usia penting untuk perkembangan dan pertumbuhan yang nantinya menjadi dasar untuk menuju ke tingkatan sekolah selanjutnya. “Pada usia TK, peran guru dan orang tua sangat penting bagi pertumbuhan anak,” terang Monika. Tidak heran jika Monika terlihat dekat dengan para anak didiknya. Tanpa perlakuan yang berbeda, Monika sering terlihat bercengkerama dengan para siswa Kelompok B TK Kanisius yang dia ampu. Sosok seorang ibu, pendidik dan sahabat benar-benar dia perankan di sekolah. “Sebuah kebahagiaan yang tak terperi jika saya melihat anak didik saya gembira dan mampu berkreatifitas sesuai dunianya,” imbuhnya.
Lebih mengedepankan kebutuhan anak didiknya, tak heran Monika selalu mengeksplorasi kreatifitasnya untuk kemajuan mereka. Salah satu hasil olah kreatifnya adalah gerakan senam yang berbeda dari biasanya. Gerakan senam tersebut bertujuan meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Hasil kreatifitas dan inovasi yang diberi judul Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Gerak tersebut tidak muncul begitu saja. Melalui penelitian panjang dan kajian ilmiah, Monika akhirnya menciptakan gerakan senam yang diberi judul Sehat Senam Anak Ceria (SeSAR). Berangkat dari kebosanan terhadap gerakan senam yang monoton, serta goyang Cesar yang sedang trend pada saat itu, akhirnya terciptalah gerakan senam ala Bunda Monika. “Gerkan senam ini memang memadukan goyang Cesar dan yel-yel asik asik yes, sehingga siswa lebih ceria dan bersemangat,” terangnya. Dengan gerakan dan irama senam yang serba baru tersebut membuat anak-anak tidak bosan saat senam. Hasilnya, imbuh Monika, kemampuan fisik motorik anak meningkat, anak pun bersemangat ikut senam di sekolah.
Tidak heran jika hasil penelitian yang akhirnya diaktualisasikan dalam gerakan senam tersebut, mampu mengantarkan Monika meraih predikat sebagai guru berprestasi Kabupaten Pati 2014/2015. Bahkan dengan prestasinya tersebut, setelah terhenti selama 5 tahun tidak diperbolehkan mengikuti kompetisi serupa, akhirnya pada 2015 ini dia kembali mengadu kebolehannya di tingkat provinsi.
Menjadi juara lebih kepada memotivasi siswa untuk berprestasi. Pasalnya, mengajar yang baik bukan hanya dengan cara menasehati. “Namun juga dengan cara menunjukkan bagaimana kita berprestasi, dan berkelakuan baik kepada para siswa sehingga mereka termotivasi,” ujar Bunda Monika memungkasi perbincangan. (nug)



No comments:

Post a Comment