Friday, October 28, 2011

RAJA BEDUG dari JEPARA


Jepara.Keberadaan dan fungsi bedug di masjid tidak berubah, setidaknya demikian di Indonesia, yaitu sebagai pembuka sebelum adzan tanda shalat dikumandangkan, atau digunakan sebagai pengiring ketika mengumandangkan takbir saat hari raya. Namun untuk membuat bedug agar bersuara keras dan lebih nyaring tidaklah mudah. Ada beberapa pengrajin bedug yang mampu membuat bedug, namun suaranya lembek. Dari sekian banyak pengrajin bedug yang ada, sepertinya milik H. Maschun, pengrajin bedug dari kota Ukir Jepara ini yang paling banyak mendapat order. Sudah banyak yang membuktikan kualitas suara bedug buatan lelaki paruh baya ini, selain suara bedug yang kencang ditambah suara yang mantap dan nge-bas. Tidaklah heran jika produk buatan
H. Maschun ini sudah melanglang hingga manca negara. Namun siapa tahu, untuk mengawali sebagai seorang pengrajin bedug seperti sekarang ini, Maschun mengalami jatuh bangun pada awal usahanya. Pilihan berani sekaligus cerdas diambil Maschun yang akrab dipanggil tetangganya dengan nama Maun. Di saat orang berteriak krisis moneter tahun 2007 - 2008. Di tengah sulitnya mendapatkan pekerjaan, sementara Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) makin marak terjadi, di sisi lain bagi sebagian orang Jepara masa itu justru masa keemasan. Namun yang menarik, Maun justru mantap memilih untuk menekuni usaha pembuatan ornamen masjid. “Bisnis meubel memang booming saat itu, tapi naluri bisnis saya menuntun ke arah lain,” kenang Maun kepada Cempaka. Mebel tetap digelutinya. Akan tetapi tahun 2007 dia mulai melirik pekerjaan lain yang masih ada hubungannya dengan kayu. "Awalnya saya melihat bahwa usaha yang paling memberi barokah sekaligus peluang besar adalah pembuatan ornamen masjid semisal bedug dan lainnya," ungkap pria berumur 57 tahun ini. Setiap desa, kota bisa dibilang tidak pernah absen dari peralatan-peralatan berupa mimbar, kaligrafi apa lagi bedug. Bisa dikatakan di seluruh dunia pasti ada masjid. Utamanya di Indonesia seluruh masjid mayoritas menggunakan bedug sebagai ornamen masjid sekaligus sebagai tanda salat, hal ini yang mendorong niatan Maun untuk mewujudkan usahanya.
Berawal dari ketekunan dan keuletan merintis usaha tanpa kenal lelah melalui media promosi, dari mulut ke mulut para pembeli mendatangi tempat usahanya di Jalan Raya Kudus-Jepara KM3, tepatnya di Desa Senenan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara.
Setiap bulan, tutur Maun tidak kurang delapan bedug dan sejumlah mimbar maupun podium laku terjual. Pria yang mengaku berani menolak pesanan bedug jika harganya tidak sesuai ini mengatakan, bahwa dia dan pekerjanya dalam membuat bedug tidak hanya sekedar membuat dan menjual. Akan tetapi bagaimana orang lain bisa menghargai hasil karya seninya. “Pembuatannya kan tidak mudah dan membutuhkan keahlian yang tidak setiap orang bisa," tuturnya. Karena itu setiap orang yang datang memesan ke tempat Maun sudah paham dengan kualitas barang maupun harga yang harus dibayar. Menurutnya setiap usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh memberikan hasil yang nyata.

Pengrajin mengukir ornamen kaligrafi

Kulit kerbau pilihan yang akan digunakan harus direndam dulu

Keahliannya merancang bangun bedug, podium maupun mimbar membuat nama Maschun semakin dikenal. Alhasil pesanan yang datang bukan hanya sekedar dari tanah Jawa semata. Masjid yang tersebar mulai dari Aceh hingga Papua bisa ditelusuri terdapat buah tangan lelaki ini. Kualitas bedug buatan pemilik usaha dengan nama Raja Bedug ini, sepertinya pantas jika menjadi pilihan utama. Pasalnya, bedug buatan Maschun ini memiliki suara yang khas, suaranya nge-bas dan enak didengar. Untuk bisa mendapatkan suara yang khas dibutuhkan keterampilan dan teknik tersendiri. Saat merancang bedug, di dalam beduk dilapisi aluminum dan pralon. Agar kuat kerangka yang melingkar dibuat dari besi. Kerangka yang berbentuk lingkaran itu kemudian dibalut dengan kayu. Kayu yang dipilih pun tidak bisa sembarangan. Agar menghasilkan kualitas yang bagus serta tahan lama, bedug yang dibuat Maun mesti memakai kayu jati. "Kayu jatinya harus benar-benar kering sehingga kuat. Kulit yang diletakkan di masing-masing ujungnya pun harus menggunakan kulit binatang pilihan," tandasnya. Sejauh ini Maschun lebih memilih menggunakan kulit Kerbau dibanding Sapi. Alasannya, hewan yang satu ini makanannya khusus rumput sehingga kulitnya pun kualitasnya benar-benar terbukti. “Kalau sapi-kan makannya tidak hanya rumput, terkadang ampas tahu maupun makanan lain sehingga kulitnya tidak kuat seperti kulit kerbau," katanya meyakinkan.
Sebenarnya untuk mendapatkan kulit kerbau, Maun mengaku sedikit kesulitan karena di Jepara sangat jarang. Adapun untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dia lebih banyak mendapatkan dari Kabupaten Kudus. Meski demikian, memasuka ramadan kali ini, dia mengaku kesulitan memperoleh bahan baku kulit kerbau. Alasannya, meski banyak orang punya kerja yang menyembelih kerbau, namun mereka tidak menjual kulitnya karena diolah sendiri untuk membuat rambak. “Untuk harga kulit kerbau tergantung situasi. Saya selalu memilih yang kering dengan ketebalan tertentu. Yang semacam itu harganya mencapai Rp. 4jutaan,” jelas Maun.
          Proses pembuatan satu buah bedug memerlukan waktu hingga satu bulan. Diawali dari proses pembuatan kerangka hingga mengoven kayu jati yang akan dijadikan penampang lingkaran bedug. Agar kulit kerbau lebih awet, sebelum dipasang terlebih dahulu dilumuri batu kapur atau fosfat. Kemudian untuk mempercantik bedug di bagian penampang bedug diukir sesuai keinginan pemesan. Di bulan ramadhan kali ini, jumlah pemesan bedug milik H. Maschun pun bertambah, bahkan orderan meningkat antara 30 sampai 40 persen dari hari biasa. Selain dikirim ke berbagai masjid di wilayah Nusantara, bedug buatan Maschun juga dikirim ke mancanegara seperti Malaysia, Brunai Darussalam, Thailand, Amerika, dan negara timur tengah. Namun untuk tahun ini pesanan bedug masjid datang dari negeri timur tengah seperti Irak dan Arab Saudi. Pemesan mancanegra yang setia menggunakan bedug miliknya, terbanyak dari Malaysia, sedangkan untuk dalam negeri didominasi pesanan dari daerah Sumatra. 

 Maschun mencoba bedug sebelum proses akhir produksi

Kerajinan bedug Raja Bedug milik Maschun yang beralamat di Desa Senenan rt 2/ rw I, Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara ini melayani pesanan berbagai macam ukuran bedug. Harga bedug ukuran standard berdiameter 40 centimeter dengan panjang 1 meter, komplit dengan kentongan dan tiang penyangga dibandrol harga Rp. 17,5 juta. Sedangkan bedug dengan ukuran 1,40meter x 1,80 meter dilepas dengan harga Rp. 35 juta. “Saya selalu menjual satu set, yaitu bedug, tiang penyangga dan kentongan,” pungkas bapak empat anak ini. (nugroho)

 

No comments:

Post a Comment