Friday, October 28, 2011

Perajin Replika Moge, Hobby Berbuah Manis

Taufiqurrahman Bergaya dengan Replika Harley buatannya

Jepara.Bagi para penggemar dan pengkoleksi motor gede jenis Harley Davidson, Chooper dan lainnya, pasti tidak akan percaya jika mendengar ada motor jenis tersebut dijual dengan harga Rp. 10 juta dalam kondisi baru. Tetapi jangan heran jika motor ini hanya pantas dipajang di rumah. Motor gede atau moge jenis Harley Davidson lazimnya terbuat dari besi dengan bobot mencapai ratusan kilogram, namun pernahkan anda melihat motor jenis ini terbuat dari kayu? Seorang pengrajin mebel di Jepara, Jawa Tengah dengan segala kekreatifannya telah membuat replika motor Harley Davidson dari kayu, dengan model dan ukuran yang sama persis dengan aslinya.
Berangkat dari lesunya penjualan mebel Jepara, menjadikan para pengrajin di Kota Ukir tersebut harus lebih berani menggali ide kreatifitas jika tidak ingin gulung tikar dalam usahanya. Kondisi tersebut tidak mematikan gairah mereka, bahkan memicu munculnya ide kreatif dan inovasi baru.
Salah satu pengrajin yang berhasil menciptakan inovasi produk adalah Taufiqurrahman (30). Berbekal bahan kayu Jati pilihan, warga desa Bapangan Rt. 2/IV, Kecamatan Kota Jepara Jawa tengah ini merintis pembuatan replika motor gede jenis Harley Davidson atau motor sport dengan bentuk dan ukuran persis aslinya.
Taufiq mengaku, ide membuat replika moge atau motor sport tersebut didapatnya secara tidak sengaja. “Saya memang suka dengan motor besar. Padahal tidak memiliki satu unit pun,” tutur pria berkumis tipis ini. Adapun untuk mengenal lebih dekat motor idamannya itu, dia mengaku sering menjelajah di internet. Pada mulanya dia hanya mengumpulkan gambar Harley Davidson sekedar untuk koleksi. “Ndak  punya motornya, tapi gambarnya aja sudah puas, mas,” imbuhnya kepada Cempaka sambil tertawa. Meski demikian dia berharap suatu saat nanti bisa memiliki motor idamannya itu.

Bengkel Produksi Replika Moge Milik Taufiqurrahman

 Siap untuk Sentuhan Akhir

Saat industri mebel di Jepara sedang lesu, Taufiq mempunyai angan-angan untuk mewujudkan impiannya itu. Akhirnya, dia pun coba-coba mewujudkan apa yang selama ini membayang di fikirannya. “Saya ndak  peduli omongan orang. Pokoknya saya harus bisa membuat Harley Davidson dari bahan yang saya punya,” tuturnya lebih lanjut. Berbekal peralatan ukir dan kayu Jati pilihan, Taufiq mewujudkan impiannya. Meski hanya replika, namun itu sudah cukup mengobati keinginan Taufiq yang menggebu-gebu ingin memiliki Harley Davidson.
Satu unit motor gede Harley Davidson atau motor sport biasanya dia kerjakan dalam waktu satu setengah bulan, dengan harapan hasil pekerjaannya bisa maksimal. Proses tersebut dimulai sejak pemilihan bahan kayu jati hingga pengecatan. Taufiq tidak sembarangan dalam memilih kayu. “Kayu jati yang akan digunakan harus benar-benar kering,” ujarnya. Hal ini diperlukan agar replika moge atau motor sport awet. Alasannya, jika tidak kering maka kayu tersebut akan mudah patah, bahkan saat dicat pun hasilnya tidak akan maksimal.
Agar benar-benar kering, kayu jati pilihan tersebut dimasukkan dalam mesin oven selama dua sampai tiga minggu. Setelah itu mulailah bapak satu anak ini membentuk kayu tersebut sesuai bentuk asli motor gede yang akan dibuat.
Menurut Taufiqurahman proses pengerjaaan moge atau motor sport ini membutuhkan ketelitian tersendiri. Komponen motor dibuat sedetail mungkin seperti bentuk aslinya. Padahal sejumlah bagian tersebut, seperti rangka mesin merupakan rangkaian dari bentuk-bentuk yang kecil. “Pembuatan rangka mesin harus ekstra hati-hati. Ini pekerjaan yang sangat njlimet , dari membuat hingga merangkai satu persatu komponen tersebut,” ucap Taufiq sambil bergaya di atas replika motor buatannya. Meski hanya replika, namun moge ini bisa diduduki layaknya motor gede sesungguhnya. Selain mesin, bagian lain yang dinilai sangat sulit dalam proses pembuatannya adalah bagian roda.
          Bermula dari hobi dan kondisi pasar ukir Jepara yang kurang bergairah, ketekunan Taufiqurrahman ternyata berbuah kesuksesan. Terkadang Taufiq kewalahan melayani pesanan yang membanjir. “Kami hanya bertiga. Kalau pesanan banyak, bisa dibayangkan bagaimana kerja kami,” imbuhnya. Tidak jarang dia pun ikut turun tangan langsung dalam proses pembuatan hingga finishing. Taufiq mengaku, dalam persiapan pembuatan satu unit moge ada tingkat kesulitan tersendiri selain pemilihan bahan. Tahap desain dan pembuatan body adalah dua hal yang paling menantang pada tahap awal proses terciptanya replika motor ini. “Saya harus benar-benar teliti dan tepat dalam mengukur keseimbangan bentuknya,” kata pria asli Jepara ini. Dalam membuat replika motor, pria ini tidak hanya terpatok pada satu jenis motor akan tetapi hampir semua jenis motor gede yang ada. “Tergantung pesanan dan ide yang muncul, mas,” ucap pria tamatan SMP itu.
          Pria yang mengaku memiliki keahlian ukir bawaan ini pada mulanya menekuni pembuatan replika kapal layar, namun dalam ukuran kecil. Hal itu dia tekuni sejak tahun 2004. Setelah dirasa pangsa pasar mulai tersendat, Taufiq kemudian melakukan pengembangan mendasar yang sangat berani. Yaitu membuat replika motor gede ini. Untuk pembuatan satu unit motor gede, Taufiq membutuhkan bahan satu kubik kayu jati glondongan. Adapun bobot tiap unitnya setelah jadi mencapai 1 kwintal. Taufiq membandingkanpemasaran produknya saat ini dengan tahun lalu. Menurutnya, akhir-akhir ini pangsa pasar sedikit lesu dibanding beberapa tahun lalu. “Tahun lalu sangat lancar pemasarannya, tapi belakangan ini rasanya sedikit sulit,” keluhnya. Pembeli lokal kebanyakan melalui pameran yang sering dia ikuti atau datang ke rumahnya. Sejauh ini dalam berproduksi Taufiq masih mengandalkan idenya sendiri. Beberapa kali memang ada pemesan yang datang dengan membawa gambar untuk dibuatkan replikanya. Meski ada beberapa kendala dalam berproduksi, diantaranya tenaga kerja dan pemasaran yang kurang lancar, namun Taufiq pantang menyerah untuk terus menjalankan usahanya.


Hingga  saat ini Taufiq mengaku sudah membuat puluhan replika moge, mulai dari jenis V-road, Custom, Chooper atau Free Style. Hasil olah kreatif Taufiq dan teman-temannya ini ternyata tidak hanya diminati konsumen dalam negeri, tidak sedikit pesanan yang datang dari manca negara.
Untuk pangsa dalam negeri sendiri peminatnya tersebar di sejumlah kota seperti Bali,  Jakarta dan Lampung. Sedang di luar negeri hasil karya Taufiqurrahman sudah diekspor ke sejumlah negara Eropa mulai dari Belanda, Jerman, Spanyol dan Perancis. “Sejauh ini saya lebih banyak berproduksi untuk diekspor, terutama ke Eropa,” tuturnya. Meski demikian, Tufiq tidak pernah berhenti untuk berproduksi. Hal itu dia lakukan untuk menjaga stok di rumahnya. Alasannya, pembeli tidak bisa dipastikan kapan akan datang dan membeli hasil karyanya di rumah.
Taufiq mematok harga tiap unit replika moge atau motor sport berkisar antara sepuluh hingga lima belas juta rupiah. (nugroho)

No comments:

Post a Comment