Thursday, October 27, 2011

CANTING SRIKANDI dari LASEM

Ramini dan Hasil Karya Para Srikandi Desa Jeruk 
Salah satu wilayah di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, yaitu Desa Jeruk, Kecamatan Pancur sebagian besar penduduknya, terutama perempuan adalah pengrajin batik tulis khas Lasem. Berpuluhan tahun para wanita Desa Jeruk menjadi buruh batik di Lasem. Mereka rata-rata meneruskan profesi yang ditekuni leluhur mereka. Keahlian membatik ini mereka dapatkan secara otodidak.         

Salah seorang perempuan dari desa tandus tersebut adalah Ramini (45). Hampir sepuluh tahun istri Darmani (56) ini menjadi buruh batik di Lasem. Hingga pada tahun 2002 dia berhenti menjadi buruh. Ia tinggal di rumah membantu pekerjaan suaminya yang seorang petani. Pada tahun 2005, menurut penuturannya dia kedatangan tamu seorang lelaki. “Tamu itu menanyai saya, apa mau kalau membatik lagi,” kisahnya. Sebenarnya itu adalah tawaran yang sangat menggiurkan, namun ibu dari tiga anak ini tidak langsung menyanggupi. “Saya merasa keberatan dan tidak mampu, karena harus membuat kelompok,” kenangnya. Dalam pemikiran perempuan lugu ini, tidaklah mudah menyatukan banyak orang dalam sebuah kelompok. Sepertinya tamu tersebut tidak putus asa menemui Ramini di rumahnya. Hingga kali ke-empat kedatangannya, akhirnya Ramini menyatakan akan berfikir dulu dengan tawaran tersebut. “Karena saya butuh pekerjaan, akhirnya tawaran itu saya terima. Meski begitu saya masih ragu dengan kemampuan saya,” imbuhnya. Melihat keraguan masih tergambar di wajah nenek dari satu cucu ini, lelaki itu terus memberi semangat. Lelaki tersebut adalah William Kwan, atau lebih akrab disapa Willi dari Lembaga swadaya masyarakat Institut Pluralisme Indonesia (IPI). Dialah yang terus memompa semangat Ramini untuk bangkit. “Alasan saya ndak langsung menerima karena saya sekolah hanya sampai kelas I SD. Lha  kalau mau pinjam kredit untuk modal bagaimana mengembalikannya," kata Ramini. 

Satu minggu kemudian, Willi kembali dan memintanya untuk membentuk kelompok. Dengan dibantu tiga orang temanya, yaitu Sulastri, Marni dan Juwariyah akhirnya terbentuklah kelompok dengan nama Kelompok Usaha Bersama (KUB) Srikandi. Berawal dari itulah, Ramini dan teman-temannya mendapat bantuan modal dan bimbingan. Seiring perjalanan waktu, usaha mereka ternyata berjalan lancar. Nasib batik Lasem yang sempat nyaris tenggelam, berkat keteguhan Ramini dan teman-temannya kembali terangkat ke permukaan. Dari empat orang yang tergabung dalam kelompok, kemudian berkembang hingga akhirnya menjadi 12 orang.
Para Srikandi dari Desa Jeruk Sedang Menorehkan Cantingnya

 Ramini Sedang Membatik


Dalam kelompok tersebut, oleh ketiga orang temannya, Ramini dipercaya sebagai ketua. Meski mengaku kurang pengalaman dalam berorganisasi, Ramini pun menerima kepercayaan tersebut.

Ada yang unik dalam pembuatan batik Lasem, para pengrajin ini lebih mengutamakan bahan pewarna dari alam. Contohnya dari daun Jati, Jambu dan Mangga. “Memang prosesnya sangat sulit, tapi kami sangat senang akan hal itu,” imbuh Ramini saat ditemui Cempaka  (5/7) di rumahnya.

Jiwa wirausaha nyatanya berkembang pada anggota KUB Srikandi. Mereka rajin menghasilkan corak baru agar pembeli tak bosan. Bahkan batik karya Ramini, Damai Sejahtera, menjadi finalis ASEAN Award for Young Artisans in Textiles setelah diikutkan Dekranas dalam ASEAN Handicraft Promotion and Development Association di Bangkok, Thailand, November 2009. Meski begitu, Ramini mengatakan, pemasaran masih menjadi kendala mereka. Pemasaran masih di sekitar Rembang, Juwana, Kudus, dan Surabaya. 
          Namun yang pasti usaha para Srikandi ini telah membuahkan hasil, meski pemerintah setempat terkesan kurang perhatian akan nasib para pengrajin dan hasil karya batik khas Lasem.  Para buruh batik di desa Jeruk yang tadinya terkena PHK mulai bergabung ke dalam kelompok mereka. Sebagai upaya nyata untuk melestarikan batik, mereka mendirikan sanggar untuk melatih anak-anak belajar membatik, membuat barang-barang kerajinan dan mempelajari tari tradisional. Ramini ingin menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga desa Jeruk sekaligus melestarikan batik Lasem. Ia juga ingin menjadi seorang pengusaha, karena pengalaman menjadi buruh lebih banyak tidak enaknya.
Keberhasilan Ramini dkk di KUB Srikandi Jeruk ini menepis anggapan bahwa buruh batik selamanya akan menjadi buruh. Padahal selama diberi kesempatan, mereka bisa menjadi lebih sejahtera. Mereka pula bisa menjadi Srikandi bagi diri mereka sendiri. (nugroho)

No comments:

Post a Comment